Kegiatan

Terbaru

Fransiscus Go: Tumbuh, Mandiri, dan Hidup Terhormat Kunci Kemandirian Bangsa

Jakarta – Tokoh asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Fransiscus Go, kembali menyampaikan pesan inspiratif tentang pentingnya kemandirian dan kerja keras bagi bangsa Indonesia. Melalui unggahan di media sosialnya, ia mengingatkan masyarakat agar tidak terlalu sering menunggu bantuan, melainkan mulai menggerakkan potensi yang telah Tuhan anugerahkan.

Menurut Fransiscus Go, banyak orang terjebak dalam kebiasaan menunggu—menunggu bantuan datang, menunggu proyek, atau menunggu pekerjaan. Padahal, kata dia, Tuhan telah memberikan tiga modal besar yang luar biasa: akal, tenaga, dan waktu. Ketiga hal itu, jika digunakan dengan bijak, sudah cukup menjadi bekal untuk tumbuh dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.

“Yang kita butuhkan bukan belas kasihan, tetapi kemauan untuk menggerakkan potensi yang sudah kita miliki,” tulisnya dalam unggahan tersebut. Pernyataan ini menjadi refleksi mendalam tentang bagaimana manusia seharusnya memanfaatkan sumber daya diri tanpa bergantung pada belas kasihan orang lain.

Dari semangat itu, Fransiscus memperkenalkan gerakan bernama TUMHIHO, singkatan dari Tumbuh, Mandiri, Hidup Terhormat. Gerakan ini, menurutnya, lahir dari kesadaran untuk kembali menumbuhkan semangat kemandirian dan tanggung jawab sosial di tengah masyarakat.

Baca Juga  Kebudayaan Jadi Warisan yang Menyatukan Generasi

Ia menjelaskan bahwa “tumbuh” berarti berani belajar dan memperbaiki diri, meski dalam keterbatasan. Setiap orang, kata dia, memiliki kesempatan untuk bertumbuh jika mau berusaha dan tidak menyerah terhadap keadaan. Tumbuh juga berarti memiliki mental pantang menyerah menghadapi tantangan hidup.

Sementara itu, “mandiri” berarti tidak bergantung pada orang lain, melainkan mampu menciptakan peluang sendiri. Fransiscus mengajak masyarakat untuk berani memulai, berinovasi, dan melihat peluang dari hal-hal kecil yang ada di sekitar mereka.

Baginya, “hidup terhormat” adalah puncak dari kemandirian. Hidup terhormat bukan diukur dari seberapa kaya seseorang, tetapi dari sejauh mana ia bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, dan tidak bergantung pada belas kasihan orang lain. Nilai-nilai ini, kata Fransiscus, adalah pondasi penting dalam membangun bangsa yang bermartabat.

Ia juga menegaskan bahwa bangsa yang kuat tidak diukur dari seberapa banyak bantuan yang diterima, melainkan dari keberanian rakyatnya untuk berdiri di atas kaki sendiri. Kemandirian menjadi tolok ukur sejati bagi kemajuan bangsa.

Baca Juga  Revitalisasi Desa Lewat Program Kampung Sejahtera, WIRATAMA CS Bangun Ekosistem Berkelanjutan

“Bangsa yang kuat bukan diukur dari banyaknya bantuan yang diterima, tetapi dari seberapa berani rakyatnya berdiri di atas kakinya sendiri,” tegasnya.

Fransiscus mengajak masyarakat untuk kembali menyalakan semangat kerja keras dan gotong royong. Ia menilai, dua nilai itu adalah warisan luhur bangsa Indonesia yang kini mulai pudar akibat mental ketergantungan.

“Mari hidupkan kembali semangat kerja dan gotong royong itu. Mulai dari rumah, dari kampung, dari diri sendiri,” tulisnya menutup pesan. Ajakan tersebut menjadi seruan moral agar masyarakat kembali menumbuhkan rasa tanggung jawab, inisiatif, dan solidaritas sosial.

Dengan semangat TUMHIHO, Fransiscus Go berharap generasi muda Indonesia mampu menjadi pelopor perubahan di lingkungannya. Ia meyakini, bangsa yang besar hanya dapat dibangun oleh masyarakat yang berani tumbuh, mandiri, dan hidup terhormat.