Jakarta – Kota-kota di Indonesia terus berkembang pesat. Gedung-gedung tinggi menjulang, jalan raya diperlebar, dan pusat perbelanjaan tumbuh di berbagai sudut. Kemajuan ini mencerminkan semangat modernisasi yang tak terbendung. Namun, di balik pesona dan fasilitasnya, tersimpan kenyataan yang mengkhawatirkan bagi keberlangsungan budaya lokal.
Di tengah arus pembangunan yang deras, budaya lokal mulai tergeser. Pasar global yang menawarkan tren dan gaya hidup modern membuat tradisi perlahan kehilangan ruang. Ritual adat yang dulu rutin dilaksanakan kini semakin jarang terlihat. Bahkan, bahasa daerah yang menjadi warisan turun-temurun mulai jarang terdengar di tengah hiruk pikuk perkotaan.
Budaya sesungguhnya bukan sekadar peninggalan masa lalu yang hanya layak dipajang di museum. Ia adalah identitas yang membentuk cara pandang, nilai hidup, dan jati diri masyarakat. Kehilangannya berarti hilangnya akar yang mengikat warga pada sejarah dan tanah kelahirannya.
Banyak warga kota kini dihadapkan pada dilema: mempertahankan tradisi atau mengejar modernisasi. Padahal, keduanya bukanlah pilihan yang saling meniadakan. Modernisasi dan budaya dapat berjalan berdampingan jika ada kemauan untuk menjaga yang berharga sembari melangkah maju.
Upaya pelestarian budaya dapat dilakukan melalui berbagai cara. Mulai dari menghadirkan ruang-ruang publik untuk kegiatan seni tradisional, mendukung komunitas budaya, hingga memasukkan muatan lokal dalam pendidikan. Langkah ini akan membantu generasi muda tetap mengenal dan mencintai warisan budayanya.
Pemerintah daerah dan masyarakat perlu bersinergi menjaga identitas budaya di tengah pesatnya pertumbuhan kota. Dukungan berupa regulasi, pendanaan, dan promosi akan menjadi modal penting. Di sisi lain, partisipasi aktif warga menjadi penentu keberhasilan pelestarian budaya di perkotaan.
Selain itu, media massa juga berperan besar dalam memperkenalkan budaya lokal kepada masyarakat luas. Melalui tayangan, liputan, dan promosi yang kreatif, budaya dapat tetap hidup dan relevan di era digital. Dengan begitu, generasi muda tidak hanya mengenal tren global, tetapi juga bangga dengan kekayaan tradisinya sendiri.
Kini, menjaga budaya di tengah kemajuan kota bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Mari bersama-sama merawat ruang-ruang budaya yang tersisa, agar modernisasi tidak menghapus identitas, tetapi justru menguatkannya. Sebab, kemajuan sejati adalah ketika kita mampu melangkah ke depan tanpa kehilangan akar.